Jumat, 18 November 2011

Cara setan menjerat kaum sufi

Di antara jerat-jerat setan yang dipasang untuk memangsa kaum sufi adalah irasionalisme (asy-syarahat) yang dikemukakan kepada mereka, terutama dalam aspek yang dikenal dengan istilah “al-kasyr“, yakni terbukanya hijab yang menjadi tirai penghalang antara seorang hamba dan Zat Allah Ta’ala sehingga akibatnya kaum sufi terperosok ke dalam berbagai kebatilan dan kebohongan. Kemudian, setan pun membukakan berbagai pintu dugaan yang sangat aneh bagi mereka, di samping menginformasikan bahwa di balik ilmu itu ada jalan lain sehingga bila jalan tersebut dilalui, tentu para pejalannya akan dapat membuka hijab yang selama ini menutupi penglihatan dari dapat melihat hakikat, juga dapat mengantarkan mereka pada posisi terbebas dari ikatan dan ketentuan ‘syara‘ (Al-Qur’an dan Sunnah Rasul).


Jalan ini adalah berupa latihan jiwa secara baik dan intensif, kemudian pembinaan moral yang terpadu, juga menjauhkan diri dari kebendaan, dari kekuasaan dunia, dari dunia fiqih, dan dari ilmu pengetahuan lain. Selanjutnya, berkonsentrasi dan hanya terpusat dengan amalan-amalan hati, yakni tidak terlibat dengan aktivitas lain, sampai akhirnya kebenaran (al-haq) terpatri secara langsung di dalam hati tanpa melalui belajar. Ketika hati dalam keadaan kosong dari ilmu seperti yang disampaikan oleh Rasulullah saw., setan pun memasukkan beragam kebatilan ke dalamnya sesuai dengan yang telah dipersiapkannya. Kemudian kepada jiwa dibentangkan fatamorgana sehingga dengan lantang berani menyatakan sebagai orang yang telah berhasil menyibak hijab yang selama ini menjadi tirai penghalang untuk dapat melihat Zat Tuhan (al-haq). Apabila ada orang (terutama dari kalangan ulama) yang mengingkari pernyataannya, orang tersebut berkata, “Kalian hanya memiliki ilmu lahiriah, sedangkan kami memiliki ilmu batiniah. Kalian hanya memahami lahiriah dari syariat, sedangkan kami memahami batiniah dari hakikat. Kalian hanya menguasai cara pengobatan badaniah, sedangkan kami menguasai cara pengobatan ruhaniah.”
Pada saat setan berhasil memasang jerat sejenis ini ke dalam hati kaum sufi, Al-Qur’an dan Sunnah Rasul pun terpental keluar dari hati dan jiwa mereka, seperti bergilirnya malam karena waktu siang telah datang. Dalam keadaan demikian, beraksilah setan masuk ke dalam jiwa mereka untuk menanamkan beragam khayal (gambaran) dan untuk membisikkan bahwa apa yang tergambar dalam mata hati mereka merupakan ayat-ayat bayyinat yang diturunkan dari sisi Allah SWT melalui ilham dan wangsit sebagai sesuatu yang tidak boleh dipertentangkan dengan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, di samping tidak bersikap apriori melainkan harus diterima dan diakui seksistensinya atau keabsahannya. Semakin jauh dan semakin kuat sikap kaum sufi berpaling dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, maka pintu hati untuk menerima khayal yang bersifat irasional pun terbuka lebih lebar lagi.

0 komentar:

Posting Komentar